Women Lead Pendidikan Seks
June 03, 2021

‘Friends: The Reunion’ Mungkin Hambar Tapi Membuat Berkaca-kaca

Acara khusus reuni pemeran serial legendaris ‘Friends’ mungkin hambar, tapi tetap mengharukan ketika kita bertemu lagi dengan teman-teman lama.

by Candra Aditya
Culture // Screen Raves
Share:

Saya baru berkenalan dengan Rachel (Jennifer Aniston), Ross (David Schwimmer), Monica (Courtney Cox), Chandler (Matthew Perry), Joey (Matt LeBlanc), dan Phoebe (Lisa Kudrow) ketika saya tinggal sendirian di Jakarta tahun 2010. Waktu Friends ditayangkan salah satu stasiun televisi swasta pada 1994-2004, jam tayangnya terlalu malam sehingga saya pikir itu serial untuk dewasa. Sementara beberapa tahun setelah itu, tempat penyewaan VCD dekat rumah saya di Jawa Timur tidak punya Friends.

Baru setelah teman saya pindah rumah kos, saya mendapatkan hibah VCD musim kedelapan Friends, dan langsung merasa nyaman nongkrong dengan geng ini. Hari-hari berikutnya saya menabung agar bisa beli DVD bajakan Friends di Blok M Square.

Sampai saat ini saya tidak bisa menghitung berapa kali saya menonton Friends. Mungkin lebih dari 20 kali, dari musim pertama sampai musim terakhir. Itu artinya 236 episode dikali 20. Dan saya yakin, saya bukan satu-satunya orang yang menemukan kenyamanan dengan menyaksikan geng ini nongkrong dan menghadapi masalah mereka. Apalagi sejak Friends muncul di Netflix.

Reuni Friends sebenarnya adalah hal yang tidak bisa dihindari mengingat nostalgia dan era 90-an menjadi tren sekarang ini. Dari tontonan (hitung berapa kali proyek pembuatan film-film 90-an rilis), fashion, sampai musik (halo, Olivia Rodrigo). Zaman sekarang era 90-an sangat dikapitalisasi, apalagi untuk brand sebesar Friends.

Saya adalah satu dari banyak orang yang sangat menantikan reuni Friends ini. Saya berteriak girang ketika Jennifer Aniston membuka akun Instagram untuk pertama kalinya dan mengunggah selfie bersama geng Friends-nya. Jadi bisa dibayangkan betapa kecewanya saya ketika melihat Friends: The Reunion yang hadir di HBO Go ternyata tidak se-wow yang saya bayangkan.

Baca juga: 10 Alasan Kenapa Phoebe Buffay adalah yang Terbaik

Reuni dengan Teman Lama

Dari awal memang saya tidak mengharapkan episode baru. Friends menurut saya sudah ditutup dengan manis. Teman-teman ini sudah move on ke kehidupan mereka. Kita menyaksikan kisah mereka ketika masih muda dan tanpa tanggung jawab. Sekarang mereka semua sudah memiliki kewajiban layaknya orang dewasa, termasuk berkeluarga. Pertemanan menjadi nomor dua. Namun, yang membuat Friends: The Reunion terasa hampa adalah terlalu banyak hal yang dimasukkan ke dalam satu jam 45 menit sehingga tidak ada yang benar-benar fokus.

Friends: The Reunion adalah sebuah dokumenter kecil, temu kangen eksklusif dengan keenam aktornya di tempat kerja mereka yang lama, berisi reka ulang adegan dalam bentuk kuis, pembacaan skrip bersama, penghormatan dari berbagai penggemar (dari orang biasa sampai BTS dan Malala Yousafzai), serta sebuah panel talkshow yang dibawakan oleh James Corden.

Sekitar 85 persen dari konten yang ada dalam Friends: The Reunion sudah pernah saya dengar atau baca sebelumnya di berbagai publikasi atau wawancara. Yang baru mungkin hanya pertemuan mereka di awal acara spesial ini (yang membuat saya berkaca-kaca) dan beberapa pengakuan sepintas dari para aktornya. Seperti bagaimana Matthew Perry yang begitu tertekan untuk mendapatkan tawa dari penonton langsung di studio. Atau fakta bahwa Jennifer Aniston dan David Schwimmer sempat cinlok. Sisanya tidak ada yang belum kita ketahui.

Padahal, saya ingin sekali mengetahui, misalnya, bagaimana Matt LeBlanc menyikapi kekecewaan saat spin-off Friends yang berjudul Joey gagal secara komersial dan secara kualitas, dan hanya bertahan selama dua musim. Lalu, kenapa Courtney Cox dan Matthew Perry menolak spin-off tentang keluarga mereka. Bagaimana mereka semua berstrategi untuk akhirnya mendapatkan gaji yang sama (US$1 juta tiap episode). Atau ritual-ritual apa saja yang mereka lakukan saat syuting dan episode favorit mereka.

Obrolan tentang karier para pemain Friends setelah serial ini sebenarnya sangat menarik karena hampir semuanya mencoba untuk melepaskan citra yang terlalu melekat dengan serial itu. Matthew Perry bergabung dengan Aaron Sorkin dalam serial Studio 60 on the Sunset Strip (ini pun belakangan di-cancel). Courtney Cox menemukan keluarga sitcom lain melalui Cougar Town. Matt LeBlanc akhirnya mendapatkan banyak nominasi penghargaan ketika berperan sebagai versi fiksi dirinya sendiri dalam Episodes. Lisa Kudrow membuat dua musim The Comeback yang luar biasa keren dan beberapa film lain. David Schwimmer cukup beragam proyeknya, mulai dari teater sampai pengisi suara animasi Madagascar dan jadi pemeran Robert Kardashian. Dan kita semua tahu apa yang terjadi dengan Jennifer Aniston.

Baca juga: ‘WandaVision’ adalah ‘Origin Story’ Pahlawan MCU Paling Menyentuh

Reuni Friends Sebuah Fan Service

Reuni ini sebetulnya bukan pertama kalinya terjadi. Tahun 2016, semua aktor Friends (kecuali Matthew Perry yang waktu itu sedang di Inggris untuk bermain teater) berkumpul bersama dalam acara Must See TV: A Tribute To James Burrows. Dan informasi yang mereka sampaikan di Friends Reunion kurang lebih sama dengan acara tersebut. Boleh dibilang, acara tersebut jauh terasa lebih intim dan dekat karena tanpa polesan dan gimmick.

Tentu saja sebenarnya saya seharusnya tidak perlu berharap banyak karena Friends Reunion adalah sebuah fan service. Apa pun yang ada dalam acara khusus adalah sebuah pengingat kenapa serial ini akan selalu dikenang sepanjang masa.

Itulah sebabnya kita mendapatkan visual keenam aktor Friends berkumpul kembali di set apartemen mereka setelah belasan tahun “pindah”. Itulah sebabnya kita melihat para bintang tamu bermunculan. Dan itulah sebabnya saya tetap saja berkaca-kaca menyaksikan mereka berpelukan lagi di depan layar. Karena sehambar apa pun Friends: The Reunion, mereka adalah teman kita. Dan betapa menyenangkannya bertemu dengan kawan lama.

Friends: The Reunion dapat disaksikan di HBO Go

Candra Aditya adalah penulis, pembuat film, dan bapaknya Rico. Novelnya ‘When Everything Feels Like Romcoms’ dapat dibeli di toko-toko buku.