Women Lead Pendidikan Seks
November 25, 2022

Semua demi Pasangan, Sejauh Mana Harus Berkorban dalam Hubungan?

Dari hubungan Nora Alexandra dan Jerinx, kita belajar bagaimana pengorbanan dalam relasi romantis perlu dilakukan kedua pihak.

by Aurelia Gracia, Reporter
Lifestyle // Madge PCR
Share:

Belakangan, model Nora Alexandra menceritakan kehidupan rumah tangganya bersama I Gede Ari Astina–atau Jerinx, drummer Superman Is Dead (SID). Lewat cuitannya di Twitter dan Instagram story, Nora mengungkapkan, Jerinx belum memprioritaskan rumah tangga mereka. Suatu realitas yang bertolak belakang, dengan yang kerap Jerinx sampaikan ketika membalas komentar netizen.

Usai Jerinx mendekam di balik jeruji pada Agustus lalu, Nora bilang suaminya berjanji akan mengurangi aktivitas di media sosial (medsos), dan fokus program bayi tabung. Namun, Jerinx kembali bertingkah. Kali ini ia mengritik Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.

Itu yang membuat Nora menyampaikan keluh-kesahnya. Mengingat Jerinx dua kali ditahan akibat berceloteh di media sosial. Sebagai istri, Nora merasa banyak berkorban untuk Jerinx, termasuk mengurus keperluan dan menunggu kebebasannya selama dipenjara.

Ia juga berusaha menjaga Jerinx agar tidak kembali berulah. Sebab, saat ini Jerinx dinyatakan masih harus wajib lapor. Karena itu, Nora merasa dibohongi atas kelakuan Jerinx yang kembali aktif di media sosial.

Upaya Nora mencerminkan pengorbanan dalam hubungan romantis–meskipun segelintir netizen menganggap sudah kewajiban istri menunggu suami dipenjara. Mereka menilai, yang dihadapi Nora saat ini adalah bagian dari suka duka hidup berumah tangga yang harus diterima. 

Padahal, pengorbanan menjadi salah satu aspek yang meningkatkan kebahagiaan dalam hubungan. Itu membuat pasangannya merasa diutamakan dan dihargai. Berdasarkan narasi Nora tentang relasinya dengan Jerinx, terlihat ia begitu berkorban, dengan harapan pernikahannya akan bahagia.

Pertanyaannya, sejauh mana pengorbanan dibutuhkan dalam hubungan romantis?

Baca Juga: Lelaki Marah Ditinggal Pasangan Makan Duluan, Tanda Maskulinitas Toksik

Perlunya Pengorbanan dalam Relasi

Tiap urusan percintaan ramai dibicarakan di media sosial, saya melihat sejumlah netizen bersabda, salah satu kunci dari keberhasilan hubungan adalah mau berkorban. Yang menjadi poin adalah menganggap kebutuhan orang lain dan relasi, sama pentingnya dengan kebutuhan pribadi.

Pernyataan tersebut ada benarnya, karena relasi enggak bisa berjalan baik kalau salah satu pihak mau menang sendiri. Bahkan, peneliti Scott M. Stanley, dkk. menjelaskan, pengorbanan dalam pernikahan mampu menjaga hubungan jauh dari tekanan. Hal itu disampaikan Stanley dalam Sacrifice as a predictor of marital outcomes (2006).

Dalam riset tersebut, Stanley juga menuliskan, pasangan yang melibatkan pengorbanan cenderung lebih baik dalam memelihara hubungan. Termasuk juga proses adaptasi dalam pernikahannya. Hal itu didorong oleh kesediaan untuk mengutamakan kepentingan pasangan, mencirikan kerelaan seseorang untuk memberi.

Perlu diingat, setiap relasi memiliki pengorbanan yang berbeda. Penulis dan pakar hubungan Sylvia Smith menyebutkan beberapa jenisnya dalam tulisannya di Marriage.com.

Pertama, mengesampingkan diri sendiri. Bukan perkara mudah untuk memprioritaskan orang lain. Pasalnya, kita terbiasa mendengarkan keinginan, kebutuhan, pikiran, sendiri. Sementara dalam hidup berpasangan justru sebaliknya, baik untuk menemukan titik tengah atas sebuah kondisi, atau menunjukkan kepedulian dan komitmen.

Misalnya pada sejumlah pasangan yang memutuskan pindah ke suatu kota atau negara dengan pasangannya. Mungkin kamu familier dengan sejumlah figur publik, seperti Acha Septriasa yang pindah ke Australia, Marissa Nasution ke Singapura, atau penyanyi Kallula ke Inggris.

Sebelum menikah, mereka telah meniti karier di dunia hiburan di Indonesia. Namun, Acha, Marissa, dan Kallula memilih membangun kehidupan bersama pasangannya di luar negeri.

Baca Juga: Kekerasan dalam Relasi Romantis, Di Mana Jalan Keluar?

Meskipun demikian, bukan berarti yang telah dirintis sebelumnya ditinggalkan. Acha masih berkarya dalam perfilman Indonesia, begitu juga dengan Kallula yang tampil di sejumlah musik festival sewaktu kembali ke Jakarta selama beberapa waktu.

Mereka mencerminkan kehidupan pasangannya tak kalah penting. Walaupun artinya harus beradaptasi dengan situasi dan lingkungan baru.

Kedua, privasi. Poin yang satu ini mungkin lebih sulit dilakukan oleh sebagian orang. Umumnya yang terbiasa menghabiskan waktu sendiri, maupun jarang merespons chat dan telepon.

Walaupun adaptasi sulit dilakukan, Smith mengingatkan ada manfaat yang diperoleh ketika membiarkan orang lain menjadi bagian dari kehidupan kita. Salah satunya punya teman bercerita, yang sekaligus meningkatkan keintiman hubungan secara fisik, emosional, dan spiritual. Hal ini juga membantu pasangan mencapai kepuasan relasi.

Lewat privasi, pasangan juga memiliki batasan yang sehat terhadap satu sama lain. Tanpa membangun “tembok” yang justru merenggangkan hubungan.

Ketiga, keinginan untuk selalu benar. Relasi bukanlah kompetisi untuk menentukan kalah dan menang. Dalam berargumen, salah satu maupun kedua individu kerap bersikeras mengutarakan opininya, menunjukkan siapa yang benar.

Padahal, poinnya justru sikap saling mendengarkan dan mengetahui pikiran, perasaan, serta perspektif satu sama lain. Penerimaan yang enggak mudah dilakukan itu merupakan pengorbanan.

Keempat, mencari kesempurnaan. Meskipun terdengar klise, setiap orang memiliki masa lalu, kesalahan, dan waktu-waktu yang berat. Mustahil jika yang diharapkan adalah hari-hari menyenangkan. Karena itu, saling memahami kondisi pasangan sekaligus mengelola suasana hati enggak kalah penting untuk dilakukan.

Kelima, energi. Smith mengatakan, poin ini yang umumnya paling sulit dilakukan. Misalnya sepulang kerja, pasangan belum sampai di rumah, dan tidak ada makanan. Kemudian, pasangan menelepon sedang kelaparan dan ingin makan di rumah.

Enggak ada salahnya, kalau kamu memilih memesan makanan lewat aplikasi. Namun, sejumlah orang mungkin memutuskan memasak dengan bahan makanan yang ada, demi pasangannya. Di situ letak pengorbanan berbentuk energi akan dilakukan.

Kelima poin di atas tampaknya bukan hal mudah untuk diterapkan. Pun penelitian Francesca Righetti, dkk. membuktikan, pengorbanan memiliki dampak buruk bagi kesejahteraan si pemberi. Dalam Sacrifices: Costly prosocial behaviors in romantic relationships (2022), Righetti menyebutkan, ada konsekuensi berbahaya dalam jangka panjang.

Dalam hal ini, pengorbanan dapat membuat seseorang sulit mengatakan tidak, menciptakan ketidakseimbangan hubungan–karena pengorbanan cenderung dilakukan sepihak, dan merasa enggak jadi diri sendiri lantaran terus mengutamakan kepentingan pasangan.

Lalu, bagaimana pengorbanan terhadap pasangan dapat dilakukan?

Baca Juga: ‘Wife Guy’, Laki-laki yang Senang Pamer Pernikahan di Medsos

Sejauh Mana Pengorbanan Perlu Dilakukan?

Sebenarnya ada berbagai hal positif yang dihasilkan dari pengorbanan. Contohnya usia hubungan yang panjang dan sejahtera, menyenangkan diri sendiri setelah berkorban untuk pasangan, dan pasangan yang bahagia.

Kendati demikian, pengorbanan yang dilakukan tidak menitikberatkan pada salah satu pihak. Apabila kembali membahas relasi Nora dan Jerinx, lalu melihatnya dari sudut pandang perempuan tersebut, tampak lebih banyak Nora yang berkorban untuk Jerinx. Sebab, Jerinx belum mengutamakan rumah tangganya.

Jika dikaitkan dengan riset Righetti, kesejahteraan hubungan dan pengorbanan saling terikat satu sama lain. Pasalnya, pengorbanan itu bukan dibuat untuk menguntungkan salah satu individu, melainkan pasangannya dan keberlangsungan relasi.

Karena itu, perlu diperhatikan dan dipertimbangkan, bagaimana pengorbanan dapat berimplikasi pada hubungan dan pasangan. Perlu diingat, yang menjadi poin dari pengorbanan dalam relasi romantis, adalah melepaskan tujuan pribadi yang awalnya dimiliki, karena akan berdampak pasangan atau hubungan.

Jika kembali menarik pada relasi Nora dan Jerinx, lalu mengaitkan dengan penelitian Righetti, drummer SID itu belum sepenuhnya mengurangi aktivitasnya di media sosial, yang merupakan kekhawatiran Nora. Padahal, Nora bermaksud mencegah Jerinx kembali dibui, membuat mereka kembali berpisah.

Hal itu kemudian berdampak pada kesejahteraan Nora–yang merasa lebih banyak berkorban, dan hubungan mereka. Bagaimana pun, sebelum berkorban untuk pasangan, seseorang perlu mempertimbangkan dampaknya pada hal-hal yang ingin dicapai secara individual, maupun relasi romantis.

Aurelia Gracia adalah seorang reporter yang mudah terlibat dalam parasocial relationship dan suka menghabiskan waktu dengan berjalan kaki di beberapa titik di ibu kota.