Jumat lalu (14/10) lukisan Van Gogh disiram sup tomat oleh dua aktivis lingkungan dari Just Stop Oil. Sambil mengenakan kaos putih bertuliskan nama organisasinya, dua remaja itu menyiramkan sop tomat, mengelem tangan mereka, dan meneriakan protes atas kebijakan energi di Inggris.
Lukisan bernama “Les Tournesouls” atau “Sunflower” itu disiram menggunakan sup tomat bermerek Heinz.
Dalam video Guardian News, dua aktivis ini mengkritik orang-orang yang lebih peduli terhadap seni. Mereka mengecam orang-orang yang lebih peduli perlindungan lukisan daripada perlindungan bumi dan manusia. Aksi itu, menurut informasi di situs resmi Just Stop Oil, dilakukan untuk menuntut pemerintah Inggris mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan juga mengakhiri proyek minyak dan gas baru di Inggris.
Awal Oktober ini, pemerintah Inggris memang membuka perizinan eksplorasi minyak dan gas di lepas pantai timur Inggris. Keputusan itu dianggap dapat berpengaruh pada perubahan iklim. Selain itu, juga memengaruhi meningkatnya harga minyak bumi yang langsung berdampak pada masyarakat ekonomi rendah.
Aksi protes dengan merusak karya seni begini bukan yang kali pertama terjadi. Lukisan Van Gogh bukan karya pertama yang dirusak, bukan cuma oleh aktivis, tapi juga orang yang punya alasan pribadi. Berikut kami rangkumkan beberapa aksi perusakan karya seni sebagai protes:
Baca juga: Voice Indonesia Berdayakan Minoritas dan Kaum Adat lewat ‘Artivism’
1. Sunflower - Van Gogh (1888)
Penyiraman lukisan “Sunflower” milik Van Gogh dilakukan aktivis Just Stop Oil untuk memprotes kebijakan energi pemerintah Inggris yang dinilai tidak pro isu lingkungan. Kebijakan itu juga dinilai tidak memikirkan masyarakat ekonomi lemah yang jadi paling depan terdampak.
Pemakaian sup tomat kalengan dalam aksi protes juga ada alasannya. Mereka menyebut karena harga minyak bumi yang makin tinggi, keluarga dengan ekonomi rendah akhirnya tidak mampu menghangatkan satu kaleng sup. Mereka menginginkan pemerintah Britania Raya lebih memperhatikan krisis biaya hidup, ketimbang mengurusi bahan bakar fosil.
Melansir dari The New York Times, Mel Carrington, juru bicara Just Stop Oil, salah satu tujuan dari dua aktivis tersebut adalah untuk membuat diskursus tentang krisis iklim jadi perbincangan publik. Sehingga muncul pergerakan menghentikan krisis iklim.
Carrington juga menjelaskan bahwa lukisan Van Gogh tidak ada hubungannya dengan perubahan iklim. Pada artikel Climate Protesters Throw Soup Over van Gogh’s ‘Sunflowers’, pemilihan “Sunflower” murni karena popularitasnya, sehingga aksi serangan hari itu akan jadi berita utama.
Baca juga: Hotel for Play: Cara Baru Belajar Seks lewat Seni
2. The Last Supper - Da Vinci (1495-1498)
Aksi Just Stop Oil juga menargetkan karya seni Da Vinci, lukisan yang berjudul The Last Supper. Aksi itu terjadi pada salinan The Last Supper di Royal Academy, London pada 5 Juli 2022. Lima aktivis melakukan protes dengan mengelem tangan di pigura lukisan. Para aktivis juga menulis“No New Oil” dengan cat putih di bawah lukisan.
Protes mereka menginginkan pemerintah segera menghentikan lisensi minyak dan gas baru di Inggris. Aksi ini juga ingin mengajak para direktur, karyawan, dan anggota lembaga seni berkoalisi dengan Just Stop Oil dalam aksi damai organisasi mereka.
Just Stop Oil memilih The Last Supper karena krisis pangan yang disebabkan naiknya suhu bumi.
"Masa depan planet ini menghadapi perjamuan terakhir dalam banyak hal," ucap Bramwell salah satu aktivis yang ikut aksi perusakan The Last Supper.
Akibat dari tindakan dari aktivis Just Stop Oil, The Last Supper mengalami kerusakan karena penggunaan lem. Namun, para aktivis menyangkal menyebabkan kerusakan kriminal senilai £180.
3. Mona Lisa - Da Vinci (1503–1506)
Lukisan paling terkenal Da Vinci juga menjadi target aksi protes. Tidak hanya sekali tetapi empat kali dan satu kali dicuri pada 1911.
Pada 1956, lukisan Monalisa dilempar asam. Aksi ini terjadi saat Mona Lisa sedang tur di Montauban, Prancis. Sehingga terjadi kerusakan pada bagian bawah lukisan dan diberi kaca pelindung. Lalu pada Desember 1956, ada orang yang melempar batu pada kaca pelindung lukisan. Pecahan kaca menyebabkan potongan kecil pada lukisan, tetapi berhasil diselamatkan.
Saat dipamerkan di Museum Nasional di Tokyo, Mona Lisa disemprot cat merah. Pelakunya adalah seorang perempuan disabilitas yang protes kepada museum, yang dianggap gagal menyediakan akses bagi penyandang disabilitas.
Aksi vandalisme terhadap Mona Lisa juga terjadi di tempat dia secara permanen disimpan. Pada 2009 di Museum Louvre, seorang perempuan Rusia melempar cangkir ke lukisan Da Vinci. Hal ini dilakukannya karena dia kesal karena ditolak pengajuan diri sebagai kewarganegaraan Prancis.
Aksi perusakan paling terakhir pada 2022, dilakukan aktivis lingkungan. Dia menyamar sebagai perempuan tua berkursi roda, lalu melempar kue ke lukisan Da Vinci sebagai bentuk protes atas masalah krisis iklim. Aktivis itu meneriakan agar masyarakat termasuk seniman memikirkan kondisi dunia.
4. Thomson's Aeolian Harp - JMW Turner (1809)
Aksi vandalisme organisasi Just Stop Oil terjadi berkali-kali. Seperti aksi lainnya mereka mengelem tangan di bingkai lukisan. Mereka juga melakukan hal serupa pada lukisan Thomson's Aeolian Harp, karya JMW Turner.
Dua aktivis mengelem tangan di bingkai lukisan dan menyemprot cat di lantai Galeri Seni Manchester dengan tulisan “No New Oil”.
Saat ditanya MailOnline tentang lem yang digunakan, juru bicara Just Stop Oil menolak menjawab. Mereka balik bertanya siapa yang peduli tentang lem yang digunakan. Dia melanjutkan harusnya bertanya pada pihak pemerintahan Inggris tentang penghentian pengeboran minyak bumi. Bukan memojokkan organisasi mereka dan memecah belah aksi menghentikan krisis iklim.
Baca juga: Artivisme: Seni Sebagai Medium Perubahan di Akar Rumput
5. Black On Maroon - Mark Rothko (1958)
Vandalisme terhadap karya seni tidak hanya karena protes krisis iklim tetapi juga sebagai aksi unjuk diri semata.
Oktober 2012, Vladimir Umanets, seniman Polandia menuliskan namanya dan slogan pada lukisan Rothko. Umanets melakukan ini untuk memperkenalkan manifesto artistiknya sendiri, "Yellowism".
Black On Maroon yang disimpan di galeri Tate Modern Inggris harus melalui proses konservasi selama sembilan bulan. Karena pakar harus menghilangkan tinta yang tembus hingga bagian belakang kanvas.
Umanets pada akhirnya menyesal atas aksi merusak lukisan Rothko dan dijatuhi hukuman dua tahun penjara atas aksinya.
Comments