Women Lead Pendidikan Seks
February 18, 2020

5 Cara Bantu Selesaikan Masalah Krisis Iklim dari Rumah

Perubahan gaya hidup di lingkungan rumah tangga dan skala individual berpengaruh dalam mengurangi dampak krisis iklim.

by Greg McDermid, Joule A. Bergerson, dan Sheri Madigan
Lifestyle
Share:

Di balik banyak berita utama tentang lingkungan pada tahun 2019, ada satu tanda yang melegakan: dunia mulai menyadari kenyataan krisis iklim. Lalu sekarang bagaimana?

Walau kita tak bisa memungkiri solusi dari masalah iklim membutuhkan kepemimpinan dari seluruh pemerintahan negara-negara di dunia, ada juga perubahan yang bisa kita lakukan di dalam rumah kita sendiri. Hal ini didorong oleh fakta bahwa aktivitas rumah tangga menyumbang 42 persen emisi gas rumah kaca di Kanada. Sementara itu, angka tersebut mendekati nilai 80 persen di AS, yang lebih rendah mengekspor energi.

Kami adalah para ahli dari tiga bidang yang berbeda—lingkungan, energi, dan psikologi—dalam menyusun pesan untuk aksi dan kesadaran yang kita perlukan untuk menanggapi tantangan akibat krisis iklim. Awal dekade ini, kami mengajukan lima pertanyaan sebagai dasar diskusi untuk melakukan aksi-aksi iklim di level rumah tangga.

  1. Apa yang Anda makan?

Produksi pangan berkontribusi terhadap 23 persen emisi gas rumah kaca yang berasal dari manusia. Para ahli mengatakan bahwa mengatasi krisis iklim artinya memaksa kita untuk menyesuaikan pola makan.

Mengonsumsi makanan dari rantai makanan tingkat terendah—yang berarti berhenti mengonsumsi daging dan produk susu—merupakan salah satu cara efektif untuk menurunkan nilai jejak karbon kita masing-masing.

Meskipun mengonsumsi produk lokal menjadi salah satu pilihan, apa yang kita makan lebih penting dibandingkan dari mana makanan tersebut berasal. Sebuah penelitian dari AS mengungkapkan bahwa transportasi hanya berkontribusi 11 persen pada siklus emisi dari konsumsi makanan (dalam analisis siklus hidup makanan yang mencakup seluruh aspek mulai dari produksi, transportasi, penggunaan, dan pembuangan). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kegiatan produksi pangan yang memiliki nilai kontribusi emisi mencapai 83 persen.

Jika berhenti mengonsumsi daging tidak memungkinkan, maka cobalah membeli produk makanan yang melalui proses produksi rendah emisi seperti pertanian/peternakan regeneratif. Diskusikan tentang perubahan pola makan di rumah kita masing-masing dan kontribusi bagi pencarian solusi krisis iklim.

Kita juga bisa mengajak anak-anak untuk terlibat apabila orang dewasa bisa menjelaskan sebab-akibat dengan baik: Jika mampu mengurangi makan daging, nilai emisi karbon kita akan semakin rendah dalam kontribusi perubahan iklim.

Baca juga: Produk-produk Unik Ramah Lingkungan yang Harus Kamu Coba

  1. Moda transportasi apa yang Anda gunakan?

Secara global, sektor transportasi berperan dalam 23 persen emisi manusia di seluruh dunia. Kita bisa mulai bersepeda, menumpang mobil orang lain, dan menggunakan transportasi umum sesering mungkin. Bila memungkinkan, hiduplah tanpa mobil. Jika kita terpaksa mengemudikan kendaraan pribadi, perhatikanlah konsumsi bahan bakar. Pilihlah kendaraan yang lebih kecil, terbaik di kelasnya, dan perhatikan jarak perjalanan.

Transportasi udara merupakan salah satu kontributor utama emisi karbon. Penerbangan antarbenua—misalnya dari Denver, AS, ke Paris—menghasilkan emisi 2,54 ton karbondioksida per penumpang. Nilai itu setara dengan setengah emisi mengendarai mobil selama satu tahun.

Terkait hal ini, penting untuk mempertimbangkan kebutuhan penerbangan dalam perencanaan acara liburan keluarga. Berwisatalah di daerah lokal atau jika harus terbang, pilihlah penerbangan jarak pendek.

  1. Bagaimana kita turut berkontribusi?

Rumah tangga menggunakan energi untuk pemanas, pendingin, penerangan, dan berbagai alat elektronik lain. Konsumsi energi tidak sama dengan emisi karbon—hubungan mereka sangat bergantung pada kondisi listrik dan suhu rumah yang digunakan, namun hal ini tetap bisa kita jadikan cara untuk berkontribusi.

Aksi-aksi konservasi panas rumah tangga bisa menurunkan emisi. Misalnya dengan berhemat penggunaan AC, mandi dengan air dingin, hingga berpindah ke rumah yang kecil dan lebih hemat energi.

  1. Apa yang Anda buang?

Penduduk Amerika Utara menghasilkan limbah per kapita terbanyak di dunia. Banyak yang bisa kita perbuat untuk mengatasi kebiasaan keluarga kita untuk membuang barang. Semua tahu mantra reduce, re-use, recycle (kurangi, gunakan kembali, daur ulang). Sayangnya, industri daur ulang masih belum efektif dan sebagian besar limbah kita berakhir di tempat pembuangan akhir.

Kita perlu memprioritaskan pengurangan dan penggunaan kembali akan berdampak baik bagi lingkungan jangka panjang. Lakukan perencanaan dan beli yang dibutuhkan saja dalam upaya pengurangan. Membeli lebih sedikit barang tidak hanya menghemat uang, namun juga mengurangi jumlah emisi dari aktivitas pengemasan, transportasi, dan produksi barang.

Keluarga juga seharusnya menekankan pentingnya penggunaan kembali barang-barang. Ambil langkah untuk menggunakan barang untuk hal lain atau menukar barang baik di dalam rumah atau dengan lingkungan kita. Banyak ide kreatif di luar sana.

Baca juga: Bingung Mengelola Sampah? Ikuti 5 Program Ini!

  1. Siapa yang bisa kita pengaruhi?

Kita bisa mulai dari hal kecil, seperti mengedukasi diri mengenai bukti, sebab, serta dampak dari krisis iklim, lalu menyebarkannya pada keluarga. Anak-anak memiliki rasa keingintahuan alami dan mau belajar. Pastikan mereka mendapatkan ilmu dari sumber-sumber terpercaya.

Anak-anak mengamati pilihan orang tua mereka. Mereka melihat upaya kita untuk mengurangi limbah dan emisi karbon. Untuk memastikan anak-anak benar-benar memahami perubahan yang kita lakukan, jelaskan tentang aksi dan pilihan tersebut untuk menyelamatkan lingkungan.

Kamu juga bisa menunjukkan, bagaimana seseorang bisa memulai pergerakan dan menjadi inspirasi perubahan. Dunia menyaksikan remaja berusia 16 tahun, Greta Thunberg, menginisiasi pergerakan iklim global dan menginspirasi jutaan orang.

Perubahan adalah hasil aksi individu

Beberapa pihak mengatakan aksi-aksi individu dan domestik tidak akan berdampak signifikan jika orang lain tidak melakukan hal serupa. Selain meremehkan, pendapat tersebut juga mengabaikan fakta bahwa krisis iklim di depan mata kita merupakan produk gaya hidup dari miliaran individu. Karenanya, tindakan berskala rumah tangga yang bisa mengarah pada perubahan perilaku kolektif merupakan bagian esensial dari perubahan yang ingin kita capai.

Argumen lain yang sering digunakan adalah fokus kepada perubahan sistem (ekonomi dan politik) yang membatasi perubahan individu. Kami setuju! Namun, ini bukan soal menang kalah dan transformasi harus terjadi di semua tingkat kehidupan.

Ada alasan untuk terus berharap. Perubahan skala rumah tangga bisa membentuk lanskap lingkungan bagi generasi masa depan. Kita sudah memiliki teknologi dan cara transisi menuju masyarakat dengan wawasan berkelanjutan. Kita hanya perlu memulai, dan ini bisa kita lakukan dari dalam keluarga kita masing-masing.

Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh The Conversation, sumber berita dan analisis yang independen dari akademisi dan komunitas peneliti yang disalurkan langsung pada masyarakat.

Greg McDermid adalah profesor di Departemen Geografi University of Calgary, Kanada. Joule A. Bergerson adalah profesor rekanan di Chemical and Petroleum Engineering and Canada Research Chair in Energy Technology Assessment, University of Calgary. Sheri Madigan adalah asisten profesor di Canada Research Chair in Determinants of Child Development, Owerko Centre at the Alberta Children’s Hospital Research Institute, University of Calgary.