Saat Tiger King rilis, kita semua baru berada di awal pandemi. Saat itu Maret 2020 dan kita semua tidak tahu mau melakukan apa. For all we know, semua aktivitas yang biasanya kita lakukan di luar rumah harus ditunda dulu untuk sementara. Semua orang bosan dan membutuhkan distraksi. Apalagi ketika kita tahu bahwa ujung dari lockdown ini masih menggantung alias tak jelas sampai kapan. Saat-saat itulah Tiger King datang.
Dengan karakter-karakter yang aneh bin ajaib, dokumenter Netflix satu itu dengan mudah langsung menarik perhatian kita semua karena plotnya terlalu fantastis untuk diabaikan. Kenyataan bahwa kisah ini benar-benar kejadian, membawa efek yang lebih menggetarkan.
Melihat orang dengan hobi mengoleksi binatang langka untuk profit saja sudah aneh, ditambah lagi teori konspirasi dan upaya pembunuhan dalam plotnya. Belum lagi bumbu-bumbu penyedap seperti karakter gay throuple dan plot pencalonan diri menjadi presiden, Tiger King berubah jadi eskapisme sempurna sekejap saja.
Setelah Tiger King, ada beberapa serial Netflix yang masuk kategori true crime stories yang lumayan menggigit sebenarnya. Namun, gaungnya masih belum bisa menyamai plot Joe Exotic vs. Carole Baskin dalam Tiger King.
Belakangan, The Tinder Swindler jadi dokumenter yang diunggah dalam Instastory semua orang. Ceritanya tentang seorang penipu yang mencuri nama belakang pengusaha perhiasan dari Israel, lalu menipu perempuan-perempuan yang dia kenal dari Tinder.Kalau Joe Exotic membuat kita terpana karena sifat-sifat eksentriknya, aksi Simon Leviev di The Tinder Swindler membuat kita semua bergidik dan geleng-geleng tidak percaya dengan semua trik tipu dayanya.
Selain Simon Leviev, nama Anna Delvey juga marak lagi dibahas setelah Inventing Anna, serial adaptasi Netflix dirilis. Meski tidak diangkat jadi dokumenter, kisah Anna juga terinspirasi dari kejadian nyata. Lebih anyar lagi, ada The Dropout, serial adaptasi serupa yang mengangkat Elizabeth Holmes, pengusaha startup yang terbukti menipu investor dan pasien lewat perusahaan rintisannya.
Tiger King. The Tinder Swindler. Inventing Anna. The Dropout.
Mengapa tontonan yang berangkat dari kasus-kasus kriminal ini belakangan jadi tren? Ada apa di balik obsesi kita menonton para penipu ini? Saya mencoba mencari pola-pola yang ada dalam judul-judul di atas untuk mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sebelumnya.
Baca juga: 5 Drakor yang Bongkar Isu-isu Penting Institusi Kepolisian
Kritik Sosial
Tiap judul-judul di atas punya satu kesamaan: penipu di mata hukum. Alhasil, setiap cerita pasti membawa kritik sosialnya masing-masing.
Tiger King jadi tontonan unik bukan cuma karena tokoh utamanya yang eksentrik, narsis, dan datang dari kelompok minoritas, tapi juga karena kisah hidupnya tidak hitam-putih. Meski ia berstatus kriminal, dokumenter Tiger King berhasil memotret hidup Joe dari dekat sekali. Sehingga penonton bisa merasakan bahwa dia adalah manusia biasa, yang kadang bisa kita sukai, kagumi, atau bahkan benci, dan ingin kita jauhi.
Plot paling menyenangkan tentu saja menonton konflik antara Joe vs Carole yang membawa banyak sekali debat atau diskurus-diskursus isu sosial. Terutama tentang dilema “melindungi hewan langka”.
Kritik sosial lain juga dibawa Leviev dan metode penipuannya lewat Tinder. Dari informasi yang disajikan dokumenter itu, kita bisa melihat betapa pintarnya Leviev mengelabui aturan di negara-negara yang dikunjunginya. Misalnya, bikin visa kilat, sewa jet kilat, dan mengelabui SEO Google. Bukan cuma korban atau calon korban Leviev yang perlu hati-hati, tapi juga negara-negara yang dia tuju.
Sementara dalam The Dropout dan Inventing Anna, ada isu diskriminasi pada perempuan yang masih terjadi di dunia kaum satu persen sana. Perempuan di dunia kerja selalu dianggap sebelah mata. Penyebabnya, dalam mata patriarki mereka tidak sekuat laki-laki, tidak memiliki koneksi sebesar laki-laki atau dianggap “lemah” dalam mengambil keputusan. Dengan konteks yang sangat berbeda, baik dalam Inventing Anna atau The Dropout, kita akan diundang untuk melihat bagaimana si karakter utama membela diri mereka sendiri di hadapan para laki-laki.
Baca juga: ‘Squid Game’ Sampai ‘The Hunger Games’, Alasan Suka Tema ‘Deadly Games’
Jet Set Lifestyle
Alasan kedua yang paling kelihatan, adalah fakta bahwa semua judul di atas, kecuali Tiger King adalah cerita tentang gaya hidup jet set yang direkam dari dekat sekali.
Sesungguhnya tontonan tentang kehidupan orang-orang tajir bukan hal baru dalam dunia hiburan. Tidak terhitung berapa judul serial TV atau film yang menceritakan suka-duka jadi orang kaya. Tapi, ada perbedaan ketika menonton karya-karya fiksi tersebut dibikin berdasarkan kisah nyata. Sensasi deg-degannya lebih terasa, karena kita tahu ini benar-benar kejadian.
Inventing Anna, misalnya, jadi tontonan menarik karena premis “orang biasa-biasa saja yang berhasil menipu sosialita New York”. Tanpa embel-embel based on true story, serial ini mungkin cuma terdengar seperti cerita-cerita di Wattpad yang ditulis anak SMP. Perjalanan nobody masuk ke geng keren dengan begitu mulus tanpa menimbulkan kecurigaan, adalah plot yang bikin penasaran. Belum lagi, Anna bahkan bisa dengan gampangnya numpang tidur gratis di rumah orang kaya atau tinggal berbulan-bulan di hotel mewah dan semuanya hanya berdasarkan kepandaiannya berbicara dan meyakinkan orang.
Premis yang mirip jua dijual The Tinder Swindler. Banyak orang di twitter tak percaya kalau orang-orang bisa dengan mudah terbujuk rayuan Simon Leviev. Namun, sebagai warga kelas pekerja yang akan kesenangan setengah mati hanya dengan ditraktir makan di restoran yang harga makanannya di atas 200 ribu saja, saya tidak akan menyalahkan korban-korban Simon.
Baca juga: Turning Red Sebagai Metafora Menstruasi yang Tabu
Plot: Penjahat Dihukum
Alasan terakhir kenapa menonton kisah para penipu ini menyenangkan, ya mungkin sesederhana mendapat sensasi seru melihat orang-orang yang tidak baik mendapatkan azabnya.
Kebanyakan kisah-kisah based on true crime punya ciri memberi rasa takut atau awas pada penontonnya. Setidaknya itu yang tergambar dalam The Tinder Swindler yang diangkat dari laporan jurnalistik media di Norwegia, VG. Tapi, sebagian lain ingin menunjukkan lapisan-lapisan kompleks yang menjahit sebuah peristiwa kriminal. Hal itu yang dilakukan Tiger King, Inventing Anna, atau The Dropout.
Namun, tak sedikit yang menonton kisah-kisah berdasarkan cerita-cerita kriminal ini hanya karena senang melihat bagaimana akhir sang penjahat di ujung cerita. Kita tumbuh dengan cautionary tale alias kisah-kisah peringatan yang muncul dalam dongeng-dongeng sebelum tidur atau cerita-cerita dalam buku cetak di sekolah.Kisah-kisah tentang orang-orang yang terjerembab karena kesalahan mereka sendiri selalu menarik di dunia yang biner sekali ini.
Namun, dalam tontonan-tontonan yang lebih kompleks dan menyadari bahwa kriminal bukan dunia hitam-putih, selalu ada katarsis yang melegakan ketika penonton akhirnya diberi tahu kesimpulan dari kisah-kisah ini.
“Semacam menonton film azab?”
Yes, maybe. But with good directing, great storytelling and immaculate production value. Mungkin, itulah kenapa kita merasa tak pernah cukup untuk terus menonton.
Inventing Anna, The Tinder Swindler dan Tiger King bisa disaksikan di Netflix
The Dropout bisa disaksikan di Disney+ Hotstar
WeCrashed bisa disaksikan di Apple TV+
Comments