Banyak perempuan tanpa sadar terjebak dalam toxic relationship atau hubungan yang tidak sehat, yaitu ketika pacar mulai menyalahgunakan hubungan dengan tindakan pelecehan atau kekerasan verbal maupun fisik.
Menurut Catatan Tahunan Komisi Nasional Anti-Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) pada 2017, kasus kekerasan dalam rumah tangga maupun ranah personal, termasuk pacaran, berada di urutan tertinggi dengan 10.205 dari total 259.150 kasus. Dari 10.205 kasus tersebut, 21 persen di antaranya adalah kekerasan dalam pacaran, 57 persen kekerasan terhadap istri, dan 18 persen kekerasan terhadap anak perempuan.
Hubungan “beracun” tersebut tidak sehat untuk mental maupun fisik seseorang, maka dibutuhkan teman atau orang terdekat untuk membantu mereka. Untuk itu, pada 21 April lalu, gerakan non-profit Perempuan Tagar Tegar (P#T) diluncurkan sebagai wadah bagi perempuan untuk membantu keluar dari hubungan yang tidak sehat.
Penggagas P#T, Elizabeth Raisa mengatakan ia mengamati sejumlah perempuan tidak sadar dengan kondisi mereka dan menganggap perilaku toxic sebagai hal biasa dalam berpacaran.
“Umumnya, perempuan akan selalu menyalahkan dirinya sendiri karena kami (perempuan) mahluk yang lebih mengintrospeksi diri sebagai asesor pertama ketimbang menyalahkan lingkup eksternal,” ujarnya.
Menurut Raisa, gerakan ini berfokus pada pemberian layanan untuk mendengarkan dan mengulurkan tangan kepada perempuan yang takut menceritakan kisahnya kepada orang lain, bahkan sahabat dan keluarga sekalipun, karena ada perasaan resah akan dihakimi dan bersalah. Karenanya, Raisa mengatakan diperlukan hotline khusus untuk membantu mereka melewati penyembuhan batin.
Dalam membantu seseorang keluar dari hubungan itu, P#T menyediakan situs dengan sebuah formulir untuk mencurahkan perasaan, tanpa perlu berbohong, merasa malu, atau marah kepada diri sendiri.
Proses keluar dari hubungan itu memerlukan waktu yang lama, bahkan sampai berbulan-bulan, lanjut Raisa, agar seseorang tegar dan berani memutuskan dan meninggalkan hubungan beracun itu. Karenanya, konsultasi dengan konselor P#T bisa mencapai hingga 30 sesi.
Pada kampanye pertamanya yang mengusung tema “Time to say Badbye”, disebutkan orang-orang yang pernah menyakiti bahkan meninggalkan bekas luka pantas untuk diberi ucapan selamat tinggal (bukan ‘goodbye’ melainkan ‘badbye’) dan memulai kehidupan baru tanpa pengaruh buruk dari mereka.
P#T juga tidak hanya membatasi diri dengan isu toxic relationship, tapi juga pertemanan hingga perilaku konsumsi media sosial yang tidak sehat, serta standar kecantikan yang berlebihan di masyarakat.
Film ini mengungkapkan narasi sejarah kemerdekaan Indonesia yang hampir terlupakan.
Tabayyun Pasinringi adalah reporter magang Magdalene, mahasiswa jurnalistik yang gemar mendengarkan musik dream pop dan menghabiskan waktunya dengan mengerjakan kuis Buzzfeed.
Comments