Industri K-pop punya standar kecantikan dangkal yang harus diikuti kalau tidak mau dihujat publik atau pelaku industri. Standar ini termasuk tubuh langsing cenderung kurus dan kulit putih mengilap, yang membuat banyak idola melakukan diet menyiksa untuk memenuhi dan mempertahankan “kesempurnaan” yang dilekatkan kepada mereka.
Di sinilah grup idola perempuan MAMAMOO—Solar, Moonbyul, Wheein, dan Hwasa- melakukan gebrakan. Mereka menolak konformitas terhadap standar kecantikan tersebut, terutama lewat salah satu anggotanya, Hwasa, yang bertubuh berisi dan berkulit kecokelatan. Hal itu tentu saja berhubungan dengan konsep maupun pesan yang selalu mereka dengungkan lewat musiknya, yaitu kepercayaan diri dan tidak memedulikan perkataan orang lain.
Komentar pedas dan merendahkan serta body shaming tentu mereka terima. Respons paling kasar terkait fisik Hwasa terjadi saat perhelatan Golden Disk Award (GDA) Ke-33 pada 2019 silam. Hwasa melakukan penampilan solo dengan mengenakan bodysuit keemasan, dan aksinya memukau idola dan penonton yang hadir. Namun warganet mengecamnya, katanya pakaian yang dikenakannya kurang pantas, dan tubuh Hwasa tidak sepatutnya dipamerkan secara seksi.
Komentar seperti itu bukan kali pertama untuk Hwasa. Ketika MAMAMOO melakukan debut 2014 lalu di bawah naungan label Rainbow Bridge World (RBW), banyak warganet memintanya untuk meninggalkan grup. Alasan mereka didasari atas standar kecantikan idola perempuan yang tidak cocok dengannya, menganggap MAMAMOO akan menjadi grup idola “cantik” tanpa Hwasa.
Meskipun begitu, Hwasa tidak gentar dengan semua kecaman itu. Ia menganggap komentar seperti itu akan menguatkannya dan ia menerima tantangan itu dengan tangan terbuka. Ia mengatakan, jauh sebelumnya, ia sudah menetapkan bahwa jika dirinya tidak cocok dengan standar kecantikan yang ada, maka ia akan menetapkan standarnya sendiri. Dengan pola pikir seperti itu Hwasa terus maju menjadi penyanyi dengan suara emas bersama MAMAMOO dan tetap percaya diri.
Baca juga: Red Velvet, MAMAMOO, dan ITZY: Idola K-Pop dan Bahasa Feminis Mereka
Dorong cinta diri
Hwasa tidak sendiri dalam menerima kritik negatif. Solar juga kerap menerima perlakuan yang sama dari warganet. Dalam GDA 2019, warganet menghina fisik mengatakan wajah dan tubuhnya tampak “tua” untuk seorang idola. Namun, komentar seperti itu bukan sesuatu yang ia pedulikan dan tetap tampil memukau membawakan “Starry Nights” dan “Egoistic” bersama MAMAMOO.
Rasa percaya diri tanpa menggubris komentar negatif dari orang lain ini kemudian menjadi pesan secara konsisten yang ditampilkan MAMAMOO dalam musiknya. Lagu “Yes I Am” secara lantang menyatakan kepercayaan diri dan kekuatan perempuan, sementara “Girl Crush” mendorong pendengarnya agar menerima diri apa adanya tanpa memedulikan perkataan orang lain.
Tidak hanya kedua lagu itu saja, “HIP” yang dirilis 2019 lalu dalam album Reality in BLACK memberikan pesan untuk mencintai dan menghargai diri sendiri. Dalam showcase peluncuran “HIP” November silam, Hwasa mengungkapkan, pesan dari lagu tersebut adalah untuk menjalani hidup tanpa memedulikan cara pandang orang lain dan fokus pada jati diri.
Video musik “HIP” juga menunjukkan banyaknya dimensi dan keragaman pengalaman perempuan, dengan menampilkan karakter perempuan muda dengan identitas yang berbeda, mulai dari aktivis lingkungan, presiden, pemimpin, produser musik sukses, atlet tinju, seniman, dan seorang ibu.
MAMAMOO memproduksi musik dan performa untuk dan dari perempuan, bukan perempuan sebagai objek yang dikonsumsi dalam konten tersebut.
Saat ini, keempat perempuan muda itu sedang dalam proses pemilihan nomor utama dan perekaman album baru November mendatang. Sebelumnya, pada September lalu, mereka juga merilis “Wanna Be Myself”, yang secara eksplisit menegaskan keinginan menjadi diri sendiri serta menyatakan harapan atas kebebasan berekspresi.
Album mendatang ini menjadi tanda kembalinya mereka sebagai grup setelah sibuk dengan proyek individu—album solo Dark Side of The Moon dari Moonbyul, Hwasa dengan Maria, Solar dengan Spit It Out, serta Wheein dengan soundtrack untuk drama Hospital Playlist dan Record of Youth.
Penggemar perempuan dan female gaze
Kebebasan dalam menciptakan musik bagi idola perempuan adalah aspek yang penting dalam menyampaikan autentisitas sudut pandang seorang perempuan. Untuk MAMAMOO, kebebasan itu diberikan oleh CEO RBW, Kim Do Hoon, yang menyatakan bahwa MAMAMOO memiliki peran besar dalam pemilihan lagu dan membuat nomor tersebut menjadi khas milik mereka.
“Ketika saya menciptakan musik untuk MAMAMOO, tidak ada orang lain yang mengawasinya. Saya mengajak mereka untuk mendengar dan mengambil tanggapan mereka sebagai pertimbangan,” ujarnya seperti dikutip di media.
Kim menyatakan, jika dalam proses pemilihan lagu ada nomor yang tidak disukai oleh keempat perempuan tersebut, maka lagu itu akan “dibuang”, menunjukkan bagaimana pendapat mereka adalah hal yang sangat krusial.
Dengan bakat besar, kendali atas produksi musik, dan persona berdaya di atas panggung, MAMAMOO mengarahkan perhatiannya untuk pemberdayaan perempuan. Mereka terkadang muncul tanpa make-up di publik, atau tampil tanpa beha dalam perjalanan ke bandara, untuk menunjukkan bahwa apa yang dilakukan mereka berdasarkan atas kenyamanan.
Baca juga: Belajar Mencintai Diri Sendiri Lewat Lagu-lagu ITZY
Selain itu, mereka juga memilih untuk tampil kuat dan seksi bukan untuk memuaskan kelompok tertentu, tetapi aktualisasi diri mereka sebagai grup, dan bentuk agensi atau otoritas atas tubuh sendiri. Mereka juga tidak jaim dan humoris, sering bercanda di depan publik.
Performa dan lagu MAMAMOO menghasilkan konten untuk menangkap female gaze. Mereka berempat memproduksi musik dan performa untuk dan dari perempuan, bukan perempuan sebagai objek yang dikonsumsi dalam konten tersebut. Tidak heran jika penggemar mereka mayoritas perempuan.
Survei persentase penggemar di Korea pada tahun 2018 menunjukkan 96 persen dari MooMoos, sebutan untuk penggemar MAMAMOO, adalah perempuan. Selain itu, fanchants, atau seruan penggemar ketika MAMAMOO melakukan penampilan di atas panggung, didominasi oleh suara penggemar perempuan.
Berkaca dari Shoujo Jidai, sebutan grup idola Girls’ Generation untuk pasar Jepang, mayoritas penggemarnya adalah perempuan karena menunjukkan sosok perempuan berdaya dalam video musiknya. Ketika Shoujo Jidai menunjukkan diri mereka sebagai perempuan intelijen serta minimnya peran laki-laki dalam video, maka dengan jelas sasaran pasar mereka adalah perempuan. Hubungan timbal balik pun tercipta karena perempuan muda, baik di Jepang maupun di belahan dunia lainnya, menyambut sosok mereka sebagai inspirasi dan panutan yang baik.
Ketika grup idola perempuan menunjukkan sosok berdaya dengan banyak dimensi, hal itu akan menarik perhatian perempuan muda lainnya karena mereka menemukan representasi baik dari idola perempuan. MAMAMOO juga memperlihatkan bagaimana idola perempuan seperti mereka mampu sukses dan menjadi panutan untuk perempuan muda lainnya, tanpa harus terjebak dalam standar fisik yang dangkal.
Comments