Women Lead Pendidikan Seks
March 26, 2020

Queer Love: Kenapa Gay Suka Ingin Tampil Menonjol?

Kenapa kelihatannya orang-orang gay sepertinya “banci tampil” dan ingin menonjol?

by Paramita Mohamad dan Downtown Boy
Issues // Relationship
Share:

Dear Magdalene,

Saya pikir gay dan straight itu sama saja, tapi kenapa teman-teman gay yang saya kenal punya kecenderungan untuk menonjol atau tampil? Ingin berbeda, ingin outstanding gitu.

Salam,
Straight Penasaran

Kata Mita:

Dear Penasaran,

Memang kamu tidak punya teman straight yang tidak punya kecenderungan untuk berperilaku agar lebih “kelihatan” dibandingkan orang-orang lain? Saya rasa tidak mungkin, kecuali kalau jumlah teman kamu bisa dihitung dengan jumlah jari di satu tangan. Apakah kamu lebih memperhatikan tingkah laku teman gay yang menurut kamu berbuat sesuatu agar kelihatan menonjol dibandingkan sekitarnya? Kenapa kamu lebih memperhatikan dia? Mungkinkah karena dia gay? 

Dan apakah tingkah laku dia yang kamu anggap ingin tampil itu membuatmu tidak nyaman? Jika iya, bagian mana tepatnya dari tingkah laku dia yang mengganggumu? Coba bayangkan sespesifik mungkin tentang tingkah lakunya, dalam situasi apa, dan apa yang kamu rasakan. Misalnya, “Ketika di kelas dia berbicara dengan teman-teman perempuan tentang kekaguman fisik pada boyband Korea. Saya merasa tidak nyaman karena seharusnya laki-laki tidak begitu.” Lalu tanyakan ke diri sendiri, apa yang sebetulnya diungkapkan penafsiranmu itu tentang dirimu sendiri? 

Perasaanmu tentang tingkah laku dia mengungkapkan lebih banyak tentang dirimu daripada tentang dia. 

Atau bisa juga kamu punya perasaan seperti ini: “Ketika di bis kota dia mengenakan lip-gloss, saya takut ia bakal mendapat serangan dari kaum homofobia”. Atau, “Saya takut dia akan dikucilkan di sekolah, kalau dia terus berjalan dengan gaya yang tidak maskulin alias ngondek”. Mungkin karena kamu sedih dengan ketidakadilan ini? Atau geram? Atau takut tidak bisa membelanya? Then what a dear good friend you are, Penasaran.

Baca juga: Queer Love: Bisakah Kita Membelokkan Orang Jadi LGBT?

Jika perasaan kamu terhadap perilakunya bersumber dari kecemasanmu tentang keselamatan atau kesejahteraan sosial dia, ceritakan padanya. Fokuskan pembicaraan ini pada perasaanmu (pasti sahih), dan bukan penafsiran kamu tentang perilaku dia (bisa jadi salah). Tunjukkan bahwa kamu peduli dengannya, dan bukan dengan pandangan orang lain ke dia, atau ke kamu sendiri.

Dan biarkan dia memilih harus bagaimana. Bisa jadi dia minta kamu mengingatkan lewat isyarat kalau menurut kamu tingkah laku dia berisiko mengundang serangan. Tapi bisa  juga dia akan bilang bahwa itu bukan urusanmu, dan dia bisa membela dirinya sendiri. Dia benar. Hargailah keputusan dia.

Sebagai penutup, Penasaran, saya dibolehkan mengisi kolom ini oleh editor Magdalene karena saya lumayan berumur. Maksudnya, saya mengalami tiga krisis besar: Krisis moneter tahun 97-98, krisis finansial dunia 2008--2009, dan sekarang wabah Covid19 (mudah-mudahan kita semua selamat mengarunginya). Teman yang baik adalah modal sosial kita saat menghadapi krisis seperti sekarang. Maka, jadilah teman yang baik dan pertahankanlah pertemanan.

Salam karantina,
PM

Downtown Boy says:

Dear Penasaran,

There may be some truth in your observation, otherwise how else did the term “Banci Tampil” make its popular round? I don't deny that some of us tend to be a little bit extra in whatever field we do, but as much as I'd like to second this pseudo positive stereotype, this is a misleading thought.

Baca juga: Queer Love: Mungkinkah Lesbian Dekat dengan Tuhan?

Gay people come from all sorts of social and economic backgrounds. Some are privileged middle class like me who could access good education to gain good employment. But many others are excluded even from accessing the most basic public services such as health. Most of our trans sisters and brothers in Indonesia, for example, must face daily prejudice and discrimination, precluding them from getting decent jobs that suit their skills.

The LGBTQ community in Indonesia comprises different individuals with varying degrees of skills and educational backgrounds. You just happen to know those who may be “outstanding” in their field and have a tendency to become “banci tampil”. But the reality is given the increased public prejudice and moral hysteria against us, some of our sisters and brothers may not even have the luxury to be “outstanding” because they just don't get the opportunity.

My advice to you is to look beyond what the eyes could see. Every time you come across outstanding gay individuals, just remember that there may 10 marginalised others hiding in “mediocrity”, not because they're not persistent enough or lacking in drive to succeed. They're just too preoccupied with whatever they do to survive.

DB

Kalau kamu punya kegalauan seputar percintaan atau kehidupan queer, silakan email pertanyaannya ke [email protected] dengan subjek “Queer Love” atau DM ke akun twitter @the_magdalene dan Instagram @magdaleneid.

Paramita Mohamad bekerja merancang strategi komunikasi agar mereka yang ingin membenahi Indonesia bisa menggugah mereka yang tak peduli. Selain itu, ia mengabdi pada tiga kucing rupawan yang dikenal sebagai Trias Politicats. Diambil dari lagu hit klasik Petula Clark, Downtown Boy alias DB, adalah hipster usia 20an yang terjebak dalam tubuh pria gay berumur 40an. Ia pegawai kantoran biasa di Jakarta dan hobinya termasuk mendengarkan lagu-lagu lama dan olahraga yang menantang secara fisik. Dulu ia suka bela diri tapi terpaksa berhenti karena punggung bawahnya cedera. Semua temannya menduga cedera tersebut akibat sesuatu yang lebih mencurigakan.