Women Lead Pendidikan Seks
July 23, 2021

Tips Menjaga Relasi dengan si Dia yang Jauh di Mata

Biar pandemi COVID-19 saja yang pergi, pasangan LDR-mu jangan.

by Patresia Kirnandita, Junior Editor
Lifestyle // Madge PCR
tips menjalani hubungan jarak jauh
Share:

Banyak pasangan telah lama berjuang mempertahankan hubungan jarak jauh alias long distance relationship (LDR). Entah karena alasan bekerja, menempuh studi beda kota atau negara, maupun sejak awal perkenalan tinggal berjauhan karena memulai relasi dari dating apps misalnya. 

Sebagian dari mereka bisa menjalani LDR dengan baik-baik saja, tetapi tidak sedikit juga yang harus menghadapi konflik berulang kali. Beberapa pasangan bahkan sampai mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari lantaran berkonflik dengan pacar yang terpisah jarak. Ini bisa diperparah dengan kesibukan masing-masing yang berbeda, sehingga membuat problem makin menggunung jika tak diselesaikan.

Baca juga: LDR: Hubungan Cinta yang Memabukkan

Kendati LDR tak lepas dari tantangan-tantangan tersebut, ternyata ada juga lho, manfaat menjalin relasi semacam ini.

Apa saja sih, tantangan dan manfaat menjalin hubungan jarak jauh? 

Tantangan dan Manfaat Jalin LDR

Bagi yang menjalani LDR, perbedaan waktu (terlebih pasangan yang tinggal berbeda negara), budaya, serta beragam acara di tempat masing-masing, bisa menyumbang obrolan enggak nyambung di telepon atau chat karena seseorang tidak merasakan langsung apa yang dialami pasangannya. Misalnya, ketika mengobrol soal perbedaan cuaca dengan pasangan dari lintas negara.

Di satu sisi, perbedaan tersebut memang enggak enak. Namun di sisi lain, ini juga bisa bermanfaat dalam memperkaya pengetahuanmu. Perbedaan budaya dan pengalaman ini bahkan dapat mendorongmu lebih memahami satu sama lain.

Tantangan lainnya yang lumrah ditemukan dalam pasangan LDR adalah rasa cemas berlebihan. Enggak jarang kan, kita mendengar atau bahkan mengalami, orang yang menjalani LDR sering panik sendiri kalau pacarnya enggak bisa ditelepon, lupa mengabari, atau menolak video call di saat-saat tertentu. Sebagian orang menganggap hal ini lebay, tapi sebenarnya kecemasan dalam berelasi itu wajar muncul kok. Jangankan dalam LDR, kecemasan pun bisa muncul di antara pasangan sekota atau bahkan serumah.

Baca juga: Ingin hubungan LDR-mu Bisa Lancar? Lakukan Hal-hal ini

Jika kamu bisa mengatasi kecemasan, kemungkinan kamu bakal lebih kenal diri sendiri dan batas toleransi kecemasan, sehingga saat ketrigger sama kelakuan pacar yang bikin cemas, kita bisa langsung menyadari dan mengomunikasikan hal itu kepadanya. Dengan begini setidaknya, dia bisa paham bagaimana keadaanmu dan jalan tengah apa yang bisa diupayakan. Kamu pun perlu belajar menghadapi kecemasanmu. Ada banyak cara kok, untuk mengelola hal ini.

Dengan saling membicarakan perasaan satu sama lain, entah yang positif maupun negatif seperti kecemasan ini, keterbukaan yang jadi kriteria penting relasi sehat bisa terasah

Omong-omong soal keterbukaan, hal lain yang sering juga dialami pasangan LDR adalah curiga dan kecemburuan yang tinggi. Pada sebagian orang, cerita pacar soal rekan kerja atau teman nongkrongnya yang “kedengaran menarik” bisa saja memicu rasa cemburu. Terlebih lagi, kalau mereka memang sejak belum pacaran sudah punya isu insecurity, entah soal penampilan fisik, kemampuan finansial, tingkat pendidikan dan kecerdasan, ataupun pekerjaan dan jabatan yang dimiliki. 

Masalah kecemburuan ini bisa berkaitan dengan masalah lain, yakni kesalahpahaman yang diakibatkan komunikasi tidak baik. Ini adalah tantangan lain dalam LDR. 

Baca juga: Ingin hubungan LDR-mu Bisa Lancar? Lakukan Hal-hal ini

Profesor Emeritus bidang Psikologi dari University of California, Los Angeles Albert Mehrabian menyatakan, meski komunikasi lewat kata-kata dan intonasi sudah difasilitasi oleh telepon bahkan video call, tetap saja komunikasi lewat bahasa tubuh serta kesempatan mengekspresikan emosi secara langsung terbatas. Karena itu, kemungkinan untuk meluruskan kesalahpahaman atau membentuk persepsi tertentu lebih minim dalam relasi LDR.

Namun, setiap pasangan tentu dapat menemukan strategi unik untuk menyikapi ini. Begitu titik berangkat kesalahpahaman ditemukan, mereka dapat berupaya memperbaiki komunikasi buruk yang memicu konflik sebelumnya. 

Komunikasi yang terjaga baik dapat melanggengkan hubungan LDR tanpa seseorang harus mengorbankan apa yang sedang ingin dikejarnya, baik itu karier, hobi, maupun pendidikan. Ini menjadi manfaat lain berhubungan LDR, yakni adanya ruang untuk mengembangkan diri dan tetap memiliki privasi--karena ini tetap penting dalam relasi sehat.

Di samping itu, dalam tulisan bertajuk “The Advantages of Long Distance Relationships” di Psychology Today dinyatakan, berdasarkan riset, pasangan LDR lebih optimis akan langgeng dan sampai jenjang pernikahan pada awal relasi dimulai. 

Optimisme seperti ini, dalam relasi mana pun, penting untuk membuat hubungan terus berlanjut dan menghindarkan pikiran negatif tentang pasangan nun jauh di sana. Saat terbiasa berjarak dengan pasangannya, ia pun berkesempatan menumbuhkan rasa percaya besar terhadap satu sama lain dan manfaat ini bisa dinikmati pasangan setelah keduanya hidup bersama. 

Terakhir, LDR juga membuat momen-momen kebersamaan secara tatap muka menjadi jauh lebih berharga. Memang ada pasangan yang cepat jenuh menjalani rutinitas komunikasi yang monoton lewat layar selama pacar berjauhan. Namun, jika mau sabar, kita bisa menikmati manfaat hubungan jarak jauh berupa lebih gregetnya momen berduaan dengan sang pacar karena langkanya kesempatan itu.

Tips Menjalani LDR yang Sehat

Pasangan perlu menerapkan hal-hal tertentu untuk mencegah LDR. Berikut ini beberapa tips dari kami:

1. Sikap saling memahami keterbatasan

Seperti diungkapkan sebelumnya, dalam LDR sangat mungkin terdapat banyak perbedaan yang berpotensi melahirkan konflik. Karenanya, hal pertama yang harus dimiliki pasangan LDR adalah sikap terbuka dan memahami keterbatasan satu sama lain.

Keterbatasan ini bisa berupa kendala fasilitas komunikasi (enggak setiap waktu pacar ada di tempat bersinyal bagus atau punya pulsa cukup), masalah kesehatan, maupun ketersediaan waktu yang terbatas karena harus dibagi dengan pekerjaan atau pendidikan. Idealnya, segala keterbatasan ini selalu dikomunikasikan. Bukan berarti harus selalu lapor tiap jam mengabari keadaan, tetapi setidaknya sejak awal relasi atau begitu tahu akan ada kemungkinan terkendala dalam berkomunikasi, pasangan memberi tahu satu sama lain kondisinya.

2. Jadwalkan waktu berkomunikasi

Guna menghindari konflik yang melibatkan omongan klasik, “Kok enggak angkat-angkat telepon aku sih?”, sebaiknya pasangan LDR membiasakan diri menjadwalkan kapan mereka punya quality time lewat telepon, chat, atau video call. 

Memang sih, di awal hubungan rasanya so sweet banget diperhatikan pacar lewat telepon yang intens, tapi kalau berlebihan, lama-lama kamu bisa “diabetes”.

Enggak mau kan, waktu kita sibuk dikejar deadline, si pacar justru membombardir dengan telepon, chat, atau bahkan DM di media sosial? Sepakati di awal relasi kapan kalian bisa berkontak, baik pagi, siang, atau malam hari, dan berapa kali dalam seminggu misalnya. 

3. Jangan berhenti cari kegiatan untuk memenuhi harimu

LDR kadang bikin rindu meluap-luap, terutama di awal relasi. Apalagi jika sebelumnya pasangan biasa melakukan hal bersama tanpa terpisah jarak. Untuk menyiasati ini, lakukanlah berbagai hobi yang bisa meningkatkan kemampuanmu atau membuatmu senang.

Nongkrong bersama teman (kalau sudah tak pandemi), memperkaya pengetahuan dengan ikut webinar, atau membaca buku bisa jadi pilihan di akhir pekan. Sementara pada hari kerja, kamu mesti fokus meningkatkan prestasimu di kantor atau sekolah. Duniamu tak melulu terkait dengan pacar, bukan? 

4. Haram diem-dieman lama setelah berkonflik

Sebagian orang memilih mendiamkan pasangannya lama usai adu argumen. Ini bisa jadi cara menghukum si pacar atau memang mereka memilih “jalan aman” supaya tak makin mengeluarkan pernyataan menyakitkan.

Meski cara ini baik demi bisa berpikir secara jernih, tapi mendiamkan pasangan harus disepakati berdua sejak awal. Kalau kita melakukannya tiba-tiba dan dalam jangka waktu lama, si dia bisa berpikir sedang digantungin atau bahkan merasa relasi kalian sudah berakhir.

Ilustrasi oleh Karina Tungari 

Patresia Kirnandita adalah alumnus Cultural Studies Universitas Indonesia. Pengajar nontetap di almamaternya. Ibu satu bocah laki-laki dan lima anak kaki empat. Senang menulis soal isu perempuan, seksualitas, dan budaya pop