Beberapa alat ini sebetulnya sangat berguna bagi perempuan untuk membantu mengatur kehamilan. Bagi yang tidak menginginkan kehamilan, alat kontrasepsi adalah penyelamat. Tapi banyak perempuan yang belum begitu paham dengan macam-macam alat kontrasepsi, efek sampingnya, dan juga kekurangan atau kelebihannya.
Mengetahui apa yang terjadi dengan diri sendiri dan cek kesehatan reproduksi secara berkala adalah salah satu bentuk self love lho! Jadi, nggak ada salahnya untuk dilakukan. Sayangnya, tidak semua perempuan bisa mendapat akses yang cukup untuk edukasi tentang kesehatan reproduksi. Padahal, kesehatan dan pendidikan reproduksi adalah hak semua perempuan terlepas pilihannya mau mengikuti standar masyarakat dengan menikah atau tidak, dan tentang keinginannya untuk hamil atau tidak.
Mengurus masalah perdata anak yang dilahirkan di luar perkawinan tidak semudah yang dinyatakan Revina VT dalam “Feminisme Garis Logis”.
Di tengah pandemi, beban kerja perempuan lebih banyak, dan kehamilan akan menambah beban dan kerentanan.
Dalam situasi pandemi, seharusnya manusia lebih banyak memperhatikan sekitarnya. Bukan fokus bikin anak di rumah dengan kampanye #positifkanistri, tapi bagaimana anak yang ada itu diperhatikan di tengah situasi sulit seperti saat ini.
Kampanye untuk memiliki anak lebih banyak di tengah pandemi adalah sikap tak bertanggung jawab.
Pernyataan bahwa perempuan bisa hamil akibat berenang di kolam adalah upaya tersamar untuk membatasi akses perempuan di ruang publik.
Aku menyesali diri tidak mendampingi rekanku yang menghadapi kehamilan tidak diinginkan.
Banyak sekali orang yang menggurui pasangan soal infertilitas, padahal pengetahuan mereka soal itu rendah.
Banyak perempuan yang belum paham jenis-jenis kontrasepsi, efek samping, kekurangan, dan kelebihannya.